Loading Events

« All Events

NYENUK

October 14 @ 2:00 pm - 6:00 pm

Upacara Nyenuk dalam Tradisi Hindu Bali

Upacara Nyenuk merupakan salah satu tahapan penting dalam rangkaian karya agung di Bali, seperti Padudusan Agung, Ngenteg Linggih, Nubung Padagingan, Ngusaba Desa, dan Ngusaba Nini.
Ritual ini memiliki makna spiritual mendalam, yaitu mengundang kembali para roh suci leluhur (pitara) serta para dewa untuk hadir di pura atau tempat suci setelah rangkaian upacara besar selesai dilaksanakan.


Makna dan Tujuan Upacara Nyenuk

Secara etimologis, kata nyenuk berasal dari istilah senuk, yang berarti menjemput atau mengundang kembali. Dalam konteks keagamaan Hindu Bali, upacara Nyenuk bermakna menjemput dan mengundang para roh leluhur serta dewa-dewi agar hadir dan menerima hasil yadnya (persembahan suci).

Tujuan utama upacara ini meliputi:

  1. Mengundang para leluhur dan dewa agar kembali berstana di tempat suci setelah upacara penyucian dan pembangunan selesai.

  2. Mengungkapkan rasa syukur umat atas kelancaran seluruh tahapan karya agung.

  3. Menegaskan penyatuan kembali hubungan spiritual antara umat manusia, leluhur, dan alam semesta (Tri Hita Karana).

Dengan demikian, Nyenuk berfungsi sebagai penghubung antara dunia niskala (spiritual) dan dunia sekala (nyata), menandai berakhirnya fase yadnya besar dengan suasana harmonis.


Waktu dan Pelaksanaan

Upacara Nyenuk biasanya dilaksanakan setelah puncak karya, yaitu setelah Ngenteg Linggih atau Padudusan Agung, ketika seluruh bangunan suci dan pelinggih telah disucikan dan siap difungsikan kembali.

Ciri-ciri pelaksanaannya antara lain:

  • Dipimpin oleh pemangku atau sulinggih, disertai doa dan puja stuti.

  • Mempersembahkan banten penyenuk.

  • Prosesi dilakukan di pura utama, dengan suasana khidmat dan penuh rasa syukur.

  • Dalam beberapa daerah, upacara ini disertai tari sakral seperti Rejang Dewa atau Topeng Sidha Karya, sebagai simbol penyambutan roh suci.

 


Makna Simbolis

Upacara Nyenuk mengandung simbol-simbol spiritual penting:

  • “Mengundang kembali” para roh suci bermakna bahwa tempat suci kini telah siap menjadi tempat berstana dewa.

  • Banten penyenuk melambangkan keharmonisan antara unsur alam, manusia, dan kekuatan ilahi.

  • Tari dan puja mantra menjadi sarana komunikasi spiritual antara umat dan kekuatan niskala.

Secara filosofis, upacara ini menegaskan prinsip Tri Hita Karana, yaitu menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), sesama manusia (pawongan), dan alam lingkungan (palemahan).


Hubungan dengan Upacara Lain

Dalam rangkaian Karya Agung, urutan upacara di bagian akhir biasanya meliputi:

  1. Nyenuk – Mengundang para leluhur dan dewa kembali ke pura.

  2. Mekebat Daun – Menyucikan dan menstabilkan energi spiritual pura setelah kehadiran dewa.

  3. Bangun Ayu – Menyempurnakan keindahan dan kesucian pura sebagai tahap akhir karya.

Dengan demikian, Nyenuk menjadi tahap awal dari bagian penutup karya, menandai kembalinya harmoni spiritual setelah seluruh prosesi yadnya selesai.


Upacara Nyenuk merupakan ritual sakral dalam tradisi Hindu Bali yang berfungsi sebagai penanda penyempurnaan upacara suci. Melalui prosesi ini, umat mengundang kembali para roh leluhur dan dewa untuk hadir di tempat suci yang telah disucikan, sekaligus mengucap syukur atas kelancaran seluruh rangkaian yadnya.

Details

Date:
October 14
Time:
2:00 pm - 6:00 pm