Loading Events

« All Events

  • This event has passed.

Mapepada Agung

October 5 @ 9:00 am - 1:00 pm

Upacara Mapepada Agung:
Makna, Proses, dan Filosofi

Dalam tradisi Hindu Bali, setiap karya agung (upacara besar) selalu diawali dengan berbagai ritual penyucian dan penyelarasan kosmis. Salah satu yang sangat penting adalah Upacara Mapepada Agung, yaitu persembahan kurban suci berupa hewan dengan tujuan menjaga keseimbangan jagat, menyucikan alam, serta sebagai simbol persembahan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya.

Mapepada Agung biasanya digelar sebelum puncak karya seperti Padudusan Agung, Tawur Agung, Ngenteg Linggih, atau Piodalan besar di Pura Kahyangan Desa, sehingga disebut juga tawur agung dalam konteks tertentu.


Makna Upacara Mapepada Agung

Secara etimologis:

  • Mapepada berasal dari kata pepadan yang berarti “pasangan” atau “penyelarasan,” yang dalam ritual ini diwujudkan dalam bentuk kurban simbolis hewan.
  • Agung menunjukkan skala upacara yang besar, biasanya melibatkan banyak krama desa adat, sarana banten agung, dan jumlah hewan kurban yang lebih lengkap.

Tujuan utama Mapepada Agung adalah:

  1. Nyomia Bhuta Kala – Menetralisir energi negatif agar tidak mengganggu keseimbangan desa.
  2. Mabumi Sudha – Menyucikan bumi/loka agar layak dijadikan tempat berlangsungnya karya suci.
  3. Pangider Bhuwana – Menghaturkan persembahan ke penjuru delapan arah mata angin, serta tengah (nawa sanga), sebagai simbol keseimbangan alam semesta.
  4. Wujud Bhakti – Sebagai bentuk yadnya umat manusia kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Hewan Kurban dalam Mapepada Agung

Jenis hewan yang dipersembahkan berbeda-beda sesuai arah mata angin dan manifestasi dewa yang dituju. Secara umum, hewan kurban meliputi:

  • Ayam berbagai warna (putih, merah, hitam, belang, brumbun), Bebek, Kambing, Babi, Kadang Kerbau (untuk karya sangat agung atau tawur besar).

Hewan-hewan ini tidak dimaksudkan sebagai persembahan untuk “dimakan,” melainkan sebagai simbol kekuatan alam yang dipersembahkan kembali agar energi mereka menyatu dengan kesucian jagat.


Proses Pelaksanaan

  • Matur Piuning
    Dilakukan di pura-pura kahyangan tiga dan tempat suci terkait, untuk memohon izin dan restu agar upacara berjalan lancar.

  • Nunas Tirta
    Mengambil air suci dari sumber-sumber (tirta empul, segara, dan pura kahyangan) sebagai penyucian sarana dan hewan kurban.

  • Prosesi Mapepada

    • Hewan-hewan kurban dihias dengan benang tri datu (merah-putih-hitam), bunga, serta perlengkapan simbolis lainnya.
    • Disucikan dengan tirta oleh sulinggih atau pemangku.
    • Disembelih secara ritual (ngajum) dengan mantra khusus.
  • Pangider Bhuwana
    Persembahan hewan dihaturkan sesuai penjuru arah mata angin (timur, selatan, barat, utara, tengah, dan empat arah).

  • Pangentas
    Roh hewan didoakan agar naik menuju tingkat yang lebih suci, sementara wujud fisik (daging) diolah atau dipersembahkan sesuai aturan desa adat.


Filosofi

Mapepada Agung memiliki filosofi mendalam:

  • Kesadaran akan keseimbangan: manusia hidup berdampingan dengan kekuatan alam, baik yang kasat mata maupun tak kasat mata.
  • Rasa hormat pada makhluk hidup: hewan kurban tidak dianggap sebagai pengorbanan sia-sia, melainkan sebagai perantara yadnya yang kelak rohnya ditinggikan.
  • Tri Hita Karana: upacara ini mempererat hubungan manusia dengan Tuhan (parhyangan), manusia dengan sesama (pawongan), dan manusia dengan alam (palemahan).

Upacara Mapepada Agung merupakan salah satu ritual paling sakral dalam tradisi Hindu Bali. Ia melambangkan keselarasan kosmis, penyucian jagat, dan bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widhi. Bagi masyarakat Bali, Mapepada Agung bukan sekadar kurban hewan, melainkan simbol pemulihan harmoni agar desa, jagat, dan isinya kembali berada dalam keseimbangan.

Details

Date:
October 5
Time:
9:00 am - 1:00 pm

Organizer

Desa Adat Padangtegal
View Organizer Website

Venue

Pura Desa lan Puseh Padangtegal
Jalan Hanoman No. 46
Padangtegal, Bali 80571 Indonesia
+ Google Map
View Venue Website