
Dalam tradisi Hindu Bali, khususnya di tataran desa adat, istilah “Hyang Guru” dapat merujuk pada leluhur suci atau Betara Kawitan, yaitu roh leluhur yang telah mencapai status suci dan disungsung (dipuja) sebagai pelindung spiritual komunitas.
“Nedunang” berasal dari kata tedun, yang berarti menjemput atau mengundang turun. Maka Nedunang Ida Betara Hyang Guru berarti menyambut kehadiran para Leluhur Suci ke dalam pura atau pelinggih, agar dapat hadir dan menyaksikan serta memberkahi seluruh tahapan upacara yadnya.
Upacara ini menjadi bentuk penghormatan tertinggi kepada para leluhur, serta merupakan wujud nyata dari ajaran Tri Rna, khususnya Rna Pitra — utang kepada leluhur yang wajib dibalas dengan bakti dan persembahan suci.